Pendekatan Kontekstual dan Pendekatan Saintifik
Pertemuan Ke-3
I. PENDEKATAN KONTEKSTUAL
Trianto (2008:20) mengatakan bahwa:
“pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama
pembelajaran pembelajaran kontekstual yaitu: kontruktivisme (Constrtuctivisme),
menemukan (Inquiry), bertanya (Questioning), masyarakat belajar (Learning
Community), pemodelan (Modeling), refleksi (Reflection), dan
penilaian sebenarnya (Authentic Assessment)”, (Blanchard, 2001)
mengatakan bahwa : “pendekatan kontekstual merupakan suatu konsepsi yang
membantu guru menghubungkan konten materi ajar dengan situasi-situasi dunia
nyata dan memotivasi siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan dan
penerapannya ke dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Dengan konsep itu, pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran
berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami sendiri,
bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa”. Dari pendapat-pendapat di atas
dapat disimpulkan bahwa CTL (Contextual Teaching and Learning) adalah
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sehari-hari. Pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari usaha siswa
untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia
belajar pada prinsip CTL (Contextual Teaching and Learning) merupakan
kegiatan “siswa menemukan sendiri".
Tujuh komponen utama pembelajaran yang
mendasari penerapan pembelajaran kontekstual di kelas yaitu:
1. Konstruktivisme (Constructivism),
merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan kontekstual, yaitu bahwa
pengetahuan yang dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya
diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat
fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia
harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna
bagi dirinya, dan mengkontruksi pengetahuan di benak mereka sendiri.
2. Menemukan (Inquiry), merupakan bagian
inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat
fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang
kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkan
hasil menemukan sendiri.
3. Bertanya (Questioning), merupakan
strategi utama yang berbasis kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang
sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan
berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam
melaksanakan pembelajaran yang berbasis inkuiri, yaitu menggali informasi,
mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada
aspek yang belum diketahuinya.
4. Masyarakat belajar (Learning community),
konsep ini menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerjasama
dengan orang lain. Dalam kelas CTL, guru disarankan selalu melaksanakan
pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi ke dalam
kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen.
5. Pemodelan (Modeling), maksudnya dalam
sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa
ditiru. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model.
Pemodelan dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Siswa dapat ditunjuk untuk
memodelkan sesuatu berdasarkan pengalaman yang diketahuinya.
6. Refleksi (Reflection), adalah cara
berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang
apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu. Refleksi merupakan respon
terhadap kejadian, aktivitas, atau penegetahuan yang baru diterima.
7. Penilaian sebenarnya (Authentic Assessment),
merupakan proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran
perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui
oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan
benar. Penilaian sebenarnya (Authentic Assessment) dilaksanakan selama
dan sesudah kegiatan pembelajaran.
II PENDEKATAN
SAINTIFIK
A. Pengertian Pendekatan Saintifik
Pembelajaran dengan
pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa
agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui
tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah),
merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data
dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan
mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan” (Kurinasih,
2014:29) . Pendekatan saintifik dimaksudkan memberikan pemahaman kepada peserta
didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah,
bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada
infromasi searah guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan
tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari
berbagai sumber melalui observasi dan bukan hanya diberi tahu.
B.
Karakteristik
Pendekatan Saintifik
Dalam
Kurinasih (2014) disebut pembelajaran dengan pendekatan saintifik memilik
karakteristik sebagai berikut.
1.
Berpusat pada siswa;
2.
Melibatkan keterampilan proses sains
dalam mengkonstruksi konsep, hukum, dan prinsip;
3.
Melibatkan proses-prose kognitif
yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan
berpikir tingkat tinggi siswa;
4.
Dapat mengembangkan karakter siswa.
C.
Tujuan
Pembelajaran Dengan Pendekatan Saintifik
Tujuan
pembelajaran dengan pendekatan saintifik didsarkan pada keunggulan pendekatan
tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah
sebagai berikut.
1.
Untuk meningkatkan kemampuan
intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa;
2.
Untuk membentuk kemampuan siswa
dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik;Terciptanya kondisi
pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan;
3.
Diperolehnya hasil belajar yang
tinggi;
4.
Untuk melatih siswa dalam
mengkomunikasikan ide-ide khususnya dalam menulis artikel ilmiah;
5.
Untuk mengembangkan karakter siswa.
D.
Prinsip-Prinsip
Pendekatan Saintifik
Beberapa
prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai
berikut.
1.
Pembelajaran berpusat pada siswa;
2.
Pembelajaran membentuk student”s
self concept;
3.
Pembelajaran terhindar dari
verbalisme;
4.
Pembelajaran memberikan kesempatan
pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasikan konsep, hukum, dan prisip;
5.
Pembelajaran mendorong terjadinya
peningkatan kemampuan berpikir siswa;
6.
Pembelajaran meningkatkan motivasi
belajar siswa dan motivasi mengajar guru;
7.
Memberikan kesempatan kepada siswa
untuk melatih kemampuan dalam komunikasi;
8.
Adanya proses validasi terhadap
konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.
SUMBER :
Komentar
Posting Komentar